Front end framework adalah tool yang memungkinkan website developer untuk membuat tampilan website lebih menarik, mudah dan cepat. Framework front end sudah banyak tersedia di toko digital. Hadir dengan berbagai kelebihan dan kelemahan membuat user kebingungan untuk memilih yang mana.
Idealnya memang mencoba satu per satu, namun cara itu terlalu lama dan kurang efisien. Maka dari itu, artikel ini akan menunjukkan 10 pilihan framework front end yang bisa kamu gunakan berikut penjelasannya.
Berbagai Pilihan Front End Framework
Dengan rekomendasi front end framework di bawah ini, kamu bisa mengerucutkan pilihan dari banyaknya pilihan yang tersedia :
1. Vue.js
Vue.js adalah framework front end yang diluncurkan tahun 2014 oleh salah satu kreator framework Angular bernama Evan You. Framework ini jenis framework Model View View Model (MVVM) dengan konstruksi bahasa JavaScript. Web programmer pemula adalah yang paling tepat menggunakannya karena framework ini menggunakan penulisan kode yang sederhana.
Meski kapasitasnya sangat kecil, hanya 18 KB saja, namun memberikan kemampuan yang sangat maksimal. Karena tidak hanya bisa kamu gunakan untuk membangun website aplikasi saja. Tapi juga bisa berfungsi untuk membuat aplikasi mobile, hingga progresif website aplikasi.
Salah satu fitur unggulan yang framework ini miliki adalah virtual DOM atau Dokumen Objek Model. Yaitu sebuah tiruan dari real DOM untuk melakukan review perubahan kode. Sebelum kamu menyimpannya dalam real DOM.
2. React
Ternyata Mark Zuckerberg tidak hanya membangun sosial media Facebook saja. Tapi juga membantu peluncuran framework front end yang bernama React. Facebook memperkenalkan React pada tahun 2011 yang merupakan framework open source yang berada di bawah lisensi dari software MIT.
Meski bukan framework JavaScript murni, karena hanya sebatas library, namun React masih tetap memiliki fitur seperti front end lainnya. Salah satu fiturnya adalah DOM. Kelebihan framework ini adalah lebih stabil. Sehingga bisa kamu andalkan untuk membangun SPA dan PWA untuk menampung banyak traffic.
Tak hanya itu saja, React juga menyediakan tool pengembang dengan berbagai fitur yang melimpah. Komponen juga bisa kamu gunakan berulang-ulang pada berbagai halaman aplikasi.
3. Angular
Ternyata tidak hanya React yang pengembangannya ada campur tangan perusahaan teknologi raksasa dunia. Google sebagai perusahaan search engine terbesar di dunia juga mengeluarkan front end framework pada tahun 2009 yang mereka beri nama Angular.
Tidak jauh beda dengan React, Angular juga bersifat open source yang berjenis model view controller dengan bahasa TypeScript. Ukurannya yang terlalu besar, 566 KB, membuat sebagian website developer tidak tertarik untuk meliriknya. Terlebih lagi dengan penulisan kode yang cukup rumit. Angular semakin jauh dari peminat.
Tapi jika bicara masalah kualitas, Angular tetap bisa kamu andalkan untuk berbagai keperluan. Mulai dari membangun aplikasi, website, PWA, hingga rich Internet App.
4. jQuery
Boleh saja mengatakan bahwa jQuery adalah framework tertua, karena rilis pertama kali pada tahun 2006. Namun masih mampu memberikan performa yang baik untuk menangani berbagai keperluan pembuatan aplikasi mobile, website, hingga aplikasi desktop.
Tidak jauh beda dari React, jQuery sebenarnya bukan framework. Tapi library JavaScript yang mampu memanipulasi DOM dan CSS. Sehingga mampu menghasilkan website yang lebih interaktif. Kelebihan jQuery adalah mampu memangkas aturan penulisan code javascript menjadi lebih ringkas dan efektif.
5. Svelte
Jika jQuery adalah front end framework yang tertua, Svelte adalah yang termuda. Karena baru pertama kali muncul pada tahun 2016. Svelte bukan framework atau library seperti yang lainnya. Tapi compiler yang berbasis CSS, HTML, dan JavaScript. Meski menggunakan tiga elemen sekaligus, performanya tetap stabil dan maksimal.
Jika membandingkannya dengan yang lain, Svelte adalah framework yang paling ringan dan cepat. Karena aturan penulisan kode yang cenderung lebih mudah dan ringan.
6. Semantic UI
Semantic UI memang tidak seperti Svelte yang merupakan framework termuda. Karena Semantic UI baru keluar pada tahun 2014 oleh seorang full stack developer bernama Jack Lukicthis.
Banyak yang mengatakan bahwa Semantic UI ini adalah framework terbaik karena tidak menggunakan data binding dan DOM sama sekali.
Kelebihan Semantic UI adalah memberi ruang integrasi dengan framework lainnya. Seperti Ember.js, Angular, dan React. Selain itu, framework ini juga mendukung plugin dari pihak ketiga untuk mendapat fitur-fitur yang lebih baik dan maksimal.
7. Preact
Setelah satu tahun Jack Lukicthis mengeluarkan Semantic UI, Jason Miller mengeluarkan Preact pada tahun 2015. Dengan fitur yang hampir sama seperti React, banyak yang mengatakan bahwa Preact merupakan alternatif dari React yang telah Meta keluarkan.
Tapi kalau masalah ukuran, Preact lebih kecil daripada React. Karena hanya membutuhkan ruang 3 KB. Sehingga bisa menghasilkan aplikasi yang juga lebih gesit karena memiliki ukuran yang ringan juga. Front end framework yang satu ini memang menggunakan virtual DOM. Tapi Preact sebenarnya bukan framework murni. Hanya sebatas library seperti halnya React.
8. Foundation
Jika target pasar beberapa framework di atas lebih untuk pemula, tapi tidak dengan Foundation ini. Zurn meluncurkan Foundation pertama kali pada tahun 2011 memang telah merancangnya untuk menjadi alat kerja bagi para webdeveloper yang sudah mahir. Fungsinya adalah untuk membangun proyek berskala besar.
Kelebihan Foundation ini adalah terdiri dari fitur dengan pengembangan yang lebih lanjut. Bahkan Foundation memiliki kemampuan untuk membangun SPA menggunakan Foundation for App. Developer juga melengkapinya dengan fitur pembuatan email yang bernama Foundation for email.
9. Backbone.js
Jeremy Ashkenas menerbitkannya pertama kali pada tahun 2010. Backbone.js merupakan framework open source di bawah lisensi software MIT. Berjenis MVC yang memiliki konstruksi menggunakan bahasa JavaScript. Backbone.js memiliki aturan penulisan yang simpel sehingga terkenal sebagai framework yang mudah dan cepat.
Meski memang sederhana, namun Backbone.js memiliki kinerja yang tidak boleh kamu sepelekan. Karena bisa kamu gunakan untuk membangun SPA yang baik.
Selain itu, Backbone.js juga user friendly karena mudah digunakan oleh pemula, berukuran kecil, ringan, namun dengan performa yang tidak bisa diabaikan.
10. Ember.js
Front end framework yang terakhir adalah Ember.js. Dikembangkan oleh Yehuda Katz pada tahun 2011 dibawah lisensi MIT. Ember.js termasuk jenis framework MVVM yang memiliki konstruksi dengan bahasa JavaScript. Sama seperti Foundation, Ember.js juga termasuk sulit untuk dipelajari karena bukan untuk pemula.
Hal ini wajar karena kemampuan Ember.js sangat mumpuni. Terutama jika digunakan untuk membangun website, aplikasi mobile, dan lain sebagainya dengan berbagai fitur unggulan. Kinerjanya sangat efektif karena memiliki tool bawaan seperti testing dan routing.
Sudah Tahu Tool Front End Framework yang Akan Kamu Gunakan?
Itulah 10 tool front end framework yang bisa kamu pilih. Tapi apapun pilihan kamu, pastikan menggunakan hosting terbaik untuk sebagai pondasi website dan aplikasi mobile kamu. Tak perlu mencari jauh-jauh. Karena kamu bisa beli hosting Indocenter yang tidak hanya berkualitas. Tapi juga dengan harga yang terjangkau. Membuat performa dan kinerja website lebih baik dengan uptime yang maksimal.